Kamis, 29 September 2011

musim dingin

aku menatap hujan lewat jendela kamarku
langit begitu gelap dibawah kubah matahari
ah, jangan mengajakku untuk menikmati malam
sebab bulan masih menangis di kediamannya yang kumuh
mengejar roti yang ada di meja kamarku

aku mengambil kopi,
susu, dan kelelahan
kunikmati bersama kepakan sayap liar di halaman benakku
ada yang menggigil di rumput
mungkin derit air: mungkin derit jiwaku
memanggil dalam lebatnya zaman yang kelabu
jangan buka jendela itu!: teriaknya
sebab hujan itu masih merangkak

masih mengginginkan roti yang kini ada di dalam darahku

aku masih memandangi hujan lewat jendela napasku
namun kini hujan itu menjerit:
bunuh aku!
bunuh semua rintik mimpi yang kubawa ke kardus ini
sebab bumi ini hanya sebuah kardus
yang dibuang oleh anakku sore kemarin
maka malam ini masih mengingini rotiku
roti yang kini ada di antara derasnya sejarah

sejarah yang dibuang anakku kemarin sore

maka aku masih memandangi hujan di dalam selimut waktu :
yang masih memandangi rotiku:
bersama angin membunuh lautan zaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar